MEDIA MATA BIND BANYUWANGI - Dukungan untuk pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Ipuk Fiestiandani-Mujiono semakin kuat. Gabungan petani kopi di Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, sepakat Ipuk lanjutkan pembangunan Banyuwangi.
Warga merasa program pengembangan ekonomi desa yang dijalankan Ipuk selama ini konkret dan telah memberi dampak positif bagi warga.
Ketua Kelompok Tani Kopirejo, Gombengsari, Taufik berkata, berbagai program yang disampaikan Ipuk dan Mujiono dalam debat publik, Minggu (27/10/2024) malam, telah nyata membantu perekonomian warga.
“Saya melihat langsung debat semalam. Apa yang disampaikan Bu Ipuk dalam debat sangat komplit. Kami merasakan dampaknya terutama di sektor pertanian, peternakan, dan UMKM,” ujar Taufik usai bertemu Ipuk, Senin (28/10/2024).
Menurutnya program UMKM Naik Kelas menjadi salah satu yang paling dirasakan manfaatnya oleh warga Gombengsari. Banyak warga kini mulai mengembangkan usaha sampingan dengan mengolah hasil pertanian kopi menjadi produk jadi.
Hal itu berkat dukungan pelatihan dan bantuan usaha yang diberikan Ipuk melalui Dinas Pertanian dan Pangan selama 3,5 tahun menjabat Bupati Banyuwangi. “Ini dampak langsung dari program Bu Ipuk. Kami berharap program ini bisa terus berlanjut untuk kemajuan desa,” ungkapnya.
Ketua Gapoktan Gombengsari, Haryono, menambahkan, program Ipuk yang memperhatikan aspek legalitas kopi lokal juga diminta dilanjutkan. Dengan Indikasi Geografis (IG), kopi Banyuwangi kini terlindungi dari klaim luar.
“Adanya IG untuk kopi Banyuwangi sangat penting. Ini tidak hanya untuk pemberdayaan, tetapi juga perlindungan. Kami sangat terbantu dengan kebijakan ini,” kata Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Banyuwangi ini.
Haryono yang akrab disapa HO ini mengatakan, luasan pertanian kopi Banyuwangi mencapai 9.700 hektare yang tersebar di 7 kecamatan penghasil kopi. Penggiat kopi dari Kalipuro hingga Kalibaru, imbuhnya, sebagian telah mendapatkan nomor IG, tinggal menunggu sertifikat yang belum turun.
Selain itu, menurut HO, harga kopi robusta yang dulunya berkisar di harga Rp15-20 ribu per 200 gram kemasan, tiga tahun terakhir terus meroket hingga Rp45 ribu per 200 gram untuk robusta, Rp55 ribu kopi lanang, Rp65 ribu untuk arabika, dan kopi luwak Rp195 ribu dalam kemasan yang sama.
“Kenaikan ini menjadi bukti keberhasilan program Bu Ipuk dalam mendorong legalitas dan pengembangan sektor pertanian kopi,” ungkap Owner Kopi Lego ini.
Ipuk Fiestiandani mengaku senang melihat program-program yang ia jalankan bermanfaat untuk masyarakat. “Alhamdulilah, kami senang program yang digulirkan berdampak bagi masyarakat,” ujar Ipuk.
Ipuk berkomitmen untuk terus memperkuat berbagai program yang telah berjalan baik. “Program ini akan kami tingkatkan agar lebih banyak masyarakat berdaya ekonomi dan desa semakin maju,” katanya.
(wir)
Posting Komentar
MEDIA MATA BIND